Tugas praktikum ke-4                                     Hari/tanggal : Senin / 24 September 2012
MK Sosiologi Umum (KPM 130)                    Ruangan        : RK CCR 1.07
Judul Bacaan
TOLONG BANTU PERBAIKI PERTANIAN KAMI
Oleh : Muhammad Syaifullah
Nama Individu
Yahya Ramadhana
G24120052
Nama Asisten
1.      Rezka Farah          (H14090042)
2.      Vini Novia             (H14090011)
 

Ironis memang, penebangan hutan secara terus menerus akan membuat lingkungan menjadi tidak sinergis lagi bahkan lama kelamaan akan rusak. Namun di sisi lain, masyarakat tidak bisa mendapatkan sesuap nasi apabila tidak menggunakan hutan sebagai sumber kehidupannya dengan cara menebang dan mengambil kayu untuk dijual. Sebauh dilema yang besar yang dialami masyarakat dan petugas konservasi hutan.
Seperti yang dituturkan oleh Kepala Dusun Kandolo, Manap, dan Tokoh masyarakat, Andi Mappatolo bahwa rakyat di daerah tersebut tidak akan bisa meneruskan hidup apabila tidak menebang pohon untuk dijadikan arang dan menjualnya, apalagi pertanian sudah tidak bisa diharapkan karena desa tersebut telah mengalami kekeringan dan terkena hama tikus selama 2 tahun terakhir..
 Lebih parahnya lagi, salah satu desa di daerah tersebut yakni Dusun Sakimah, sangat tidak setuju dengan konservasi hutan ini. Hal ini dibuktikan dengan penghadangan petugas jagawana yang dilakukan oleh puluhan massa yang mengikutsertakan pesan-pesan ancaman. Sebelumnya di Dusun Teluk Pandan juga melakukan hal yang sama. Mereka juga tidak setuju dengan konservasi hutan ini dan terpaksa dipindahkan ke Dusun Sangatta seperti yang dituturkan oleh Kepala Balai TN Kutai, Tonny Suhartono.
Menurut Kepala Seksi Konservasi Hutan TN Kutai wilayah Tanjung Limau, Ade Suharso, hal yang menyebabkan terjadinya ketegangan antar petugas dan masyarakat dikarenakan putusnya komunikasi kedua belah pihak. Kemiskinan dan kurangnya pembinaann yang dialami masyarakat membuat masyarakat sering berfikiran pendek akan hal ini, bahkan tidak jarang mereka mengatakan ketidaksetujuan mereka.
Bayangkan saja, jika ribuan orang di daerah tersebut ditambah ratusan orang luar yang masuk kedalam hutan untuk menebang pohon dan membuka lahan, sudah merupakan hal yang “lumrah” jika luas hutan yang mereka rambah mencapai puluhan ribu hektar. Bukan hanya itu, pihak luar yang datang sering melakukan pengkaplingan lahan dan penguasaan lahan serta keperluan untuk pengaspalan jalan Bontang-Sangatta dan pemasangan tiang listrik.
Adanya kerjasama yang telah dilakukan pihak luar dan pihak dalam menjadi alasan berat untuk melakukan konservasi ini. Bukan hanya itu, tokoh masyarakat yang dipanggil untuk mencari jalan keluar masalah ini, malah menjadi sumber informasi warganya untuk meneruskan perambahannya. Sebenarnya pelaku perambahan sudah diketahui, namun  lemahnya penegakan hukum hanya akan membuat seluruh hal yang diungkapkan jadi tidak berarti.
Selain itu, tidak adanya sinkronisasi soal hutan ini antar pemerintah membuat masalah konservasi menjadi semakin berat, seperti yang diungkapkan oleh Bina Kelola Lingkungan, Adief Mulyadi. Hal-hal inilah yang menjadi pemisah antar pihak jagawana dan masyarakat desa Teluk Pandan, Sangkimah, dan Sangatta yang sering berujung adu mulut dan benturan pemikiran yang disertai dengan ancaman.